Katanya menulis adalah tentang bicara jujur pada diri sendiri. Dan lebih mudah bicara jujur saat kita berada dalam kondisi yang tidak nyaman. Tapi bukan berarti kita tidak bisa menulis saat kita berada dalam kenyamanan.
Aku melambat selama lebih dari tiga tahun. Mungkin empat atau hampir lima tahun. Beberapa kawan mengatakan kondisiku mengenaskan. Seperti orang yang berhenti hidupnya. Padahal aku merasa nyaman sekali. Dan tidak merasa hidupku perlu berubah.
Tapi mungkin orang lain tidak merasa begitu. Tapi mungkin orang terdekatku tidak merasa begitu.
Tidak lagi punya ambisi dan hidup seperti adanya, melambat, terlihat menyebalkan. Mungkin juga mengkhawatirkan. Aku semakin gemuk dan mungkin juga seperti pemalas yang hanya menjalani hidup dari jam ke jam. Dari hari ke hari.
Aku berhenti menulis, kehabisan ide dan tidak lagi punya kekhawatiran. Bagi orang terdekatku, aku terlihat tak lagi bersinar. Aku bahagia, tapi tidak bersinar seperti sebelumnya. Aku bahagia, tapi bingung harus mulai melakukan apa.
Jadi, aku mulai menuliskan kebingunganku. Belajar menulis lagi, artinya belajar jujur lagi pada diri sendiri.
Sampai saat aku menulis ini pun, aku masih tidak tahu apa yang harus kulakukan. Bekerja atau kuliah lagi, saat ini belum ada di daftar jawaban. Tapi yah... lakukan saja apa yang bisa dan mau dilakukan.
Selama ini, aku sedikit menahan diri dari mewujudkan ide yang muncul di kepala. Khawatir fase manik akan datang dan aku tidak bisa mengatasi. Padahal, aku seharusnya, juga, tak perlu takut dengan fase manik yang akan datang tiba-tiba. Toh itu hal yang wajar dalam kondisiku.
Jalani saja yang mau dan bisa dilakukan. Membaca buku, menulis, membuat konten atau project yang terlintas di kepala. Apa saja. Mungkin juga berjalan-jalan sendirian. Siapa tahu apa yang akan terjadi di masa depan, kan? Jadi coba saja.