Semakin hari, kehidupan semakin bising saja.
Sosial media, perkataan manusia, semuanya semakin bising. Orang-orang jadi lebih sering membaca gawai alih-alih membaca buku. Mungkin bukan orang-orang, mungkin aku.
Jenuh. Suara-suara semakin riuh. Pikiran-pikiran mandiri mulai menepi. Berganti pikiran kolektif yang tersuara sosial media. Semua narasi seakan harus sama. Berita-berita menyakitkan terpampang nyata. Berganti setiap hari, tapi sama lukanya.
Mungkin bukan dunia yang semakin bising. Mungkin aku yang sudah lama tak menyendiri. Menjeda sejenak dari sosial media. Menjeda sejenak dari dunia yang tidak nyata.
---
Kalau berpikir seperti itu, kadang rasanya ingin menghindar total. Pergi sepenuhnya dari sosial media. Seperti yang dahulu pernah kulakukan. Uninstall WhatsApp.
Rasanya tenang memang. Tapi aku tahu bukan itu. Selalu ada pertengahan untuk setiap pilihan. Selalu ada peran kontrol diri yang jadi penengah segalanya.
Kita tidak bisa menghindar sepenuhnya. Tapi tak perlu terlibat terlalu banyak. Tetap bersosial media, dalam batas yang cukup. Selebihnya, mungkin menjalani hobi yang selama ini dinomorduakan. Membaca buku, berolah raga, menulis, dan kegiatan lain yang tanpa sadar membutuhkan waktu. Tapi lebih menenangkan. Lebih tenang.
Aku belajar menulis lagi. Belajar jujur pada diri sendiri. Toh tidak banyak yang berkunjung ke blog ini, jadi sebenarnya apa yang dikhawatirkan?