Pikiranku kosong.

Dulu sekali, aku pernah berdoa agar tidak pernah terlalu bahagia. Sebab bahagia membuatku tak bisa berkarya. Aku hidup dari kesedihan, aku berkarya karena kegelisahan. Sampai seseorang datang dan bilang kalau aku boleh bahagia. Orang yang kini jadi pasangan hidupku.

Pelan-pelan aku menginternalisasi kalimat itu. Mengizinkan aku bahagia. Menjalani hidup dengan lebih apa adanya. Lalu aku bahagia. Lalu aku memasuki zona nyaman. Lalu aku bertemu lebih sedikit orang. Lalu aku meminum obat dengan lebih teratur. Yang tanpa sadar sudah berlangsung beberapa tahun. Tidak lama.

Lalu, saat aku sadar, tiba-tiba pikiranku kosong.

Aku menulis dengan lebih jarang. Ide-ide baru semakin jarang bermunculan.

Aku tidak tahu apakah ini karena aku bahagia, atau karena aku terlalu lama merasa nyaman, atau karena aku tidak lagi banyak bicara, atau karena obat yang semakin rutin kuminum. Kata orang, beberapa obat membuat kreativitas kita menurun.

Tapi aku tidak ingin merasa sedih lagi. Tidak ingin berkarya karena nestapa lagi. Jadi, biarlah sejenak pikiranku kosong. Jadi biarlah kita cari sumber-sumber baru untuk berkarya. Entah dengan pertemuan, perjalanan, atau buku-buku baru yang aku baca lagi.

Pikiranku kosong.

Tapi aku tahu ini tidak akan selamanya. Aku hanya perlu mengisinya kembali saja.