Mungkin banyak yang mengira kalau hari paling bahagiaku itu saat menikah. Well, ga salah. Tapi ada satu hari lain yang sebenernya masih aku ingat sampai sekarang dan setiap kali aku ingat itu, rasanya bahagia. Aku merasa dicintai.

Saat itu mungkin satu pekan atau satu bulan setelah menikah. Aku lupa tepatnya.

Seperti hari-hari yang biasa, ada kalanya aku merasa tidak terkoneksi dengan siapa pun. Aku tidak merasakan rindu, sayang, apalagi cinta. Tapi aku merasa, bahwa tidak seharusnya begitu. Mencintai seseorang, menikahi seseorang seharusnya membuat kita terkoneksi setiap waktu.

Setidaknya, begitu pikirku.

Karena aku tidak merasakan koneksi itu, maka aku menangis. Merasa bersalah.

Lalu, setelah sholat, sambil menangis, aku bilang pada suami kalau aku tidak bisa merasakan cinta. Aku tahu aku sayang, aku tahu aku pernah sayang. Tapi perasaan sayang hari itu tidak ubahnya dengan perasaan sayang yang kupunya kepada anggota keluargaku. Dan itu aneh.

Kupikir, seharusnya aku menyayangi suamiku dengan lebih. Di atas semuanya.

Mendengar itu, dia terdiam.

Setelah diam beberapa saat, dia bilang kalau itu bukan masalah. Bahwa dia akan tetap mencintaiku. Bahkan meskipun aku tidak mencintainya sebesar itu. Sebab sejak awal, dia menikahiku karena ingin menjagaku, itu saja.

Itu percakapan sederhana. Tapi aku menangis setelahnya. Karena merasa dicintai. Dan hari-hari berikutnya, aku menemukan kalau perasaaan cintaku bertumbuh. Semakin besar setiap harinya. Bahkan sampai saat ini.