Bicara soal hubungan adalah bicara soal penerimaan


Saat masih berpacaran, setiap orang terbiasa menunjukkan dan melihat sisi terbaik dari pasangan. Tidak ada orang yang berkencan tanpa mandi atau cuci muka. Bagi sebagian orang, parfum adalah item wajib saat menemui kekasih.

Tapi menikah tidak sesederhana itu.

Bukan hanya melihat pasangan tanpa riasan atau pakaian, tapi juga melihat pasangan dalam kondisi paling anehnya. Tangisnya yang berantakan, tidurnya yang (bisa jadi) mengganggu. Dan seluruh kebiasaan kecil lainnya yang mungkin menyebalkan.


Kami dan Kamar Mandi

Persoalan kamar mandi saja. Aku dan suami punya kebiasaan yang cukup menyebalkan. Suami yang selalu lupa mematikan air dan aku yang selalu lupa meninggalkan pakaian tergantung di kamar mandi.

Pada awalnya, hal ini cukup menyebalkan. Aku jadi harus beranjak dari duduk dan mematikan air yang lupa dia matikan.

Baginya, kebiasaanku mungkin juga menyebalkan. Dia jadi harus membawa keluar baju yang kugantung di kamar mandi.

Tapi setelah memasuki tahun ketiga, banyak hal yang akhirnya diwajarkan saja. Kami dan kamar mandi hanya contoh kecil. Pada dasarnya, menikah adalah saling memaklumi dan menerima hal menyebalkan yang dimiliki pasangan.

Meski begitu, bukan berarti harus menerima semuanya juga. Ada hal-hal prinsip yang tidak perlu diwajarkan begitu saja. Seperti kebiasaan membentak, merendahkan, apalagi sampai memukul. 

Menikah adalah seni menerima hal-hal kecil yang sebenarnya tidak perlu menjadi masalah.

Setidaknya itu yang kupahami.