Bagi banyak orang, bekerja adalah beban. 


Sebab bagi banyak orang, bekerja adalah kewajiban. Adalah wujud tanggung jawab. Sebagai manusia dewasa, sebagai kepala keluarga, atau sebagai tulang punggung keluarga. Lalu bagaimana kalau hobi jadi pekerjaan? 

Bagi banyak orang, hobi adalah hal yang menyenangkan. Pekerjaan yang dilakukan saat penat dan butuh rehat. Tapi bagaimana kalau hal yang menyenangkan berubah jadi kewajiban?


Pada Awalnya, Bekerja Adalah Bermain

Beberapa waktu lalu, aku menemukan video yang cukup menarik. Katanya, Anak-anak tidak menganggap pekerjaan rumah sebagai pekerjaan. Bagi mereka, bekerja dan bermain adalah hal yang sama. 

Anak-anak menganggap menyapu adalah permainan yang menyenangkan. Sama halnya dengan memasukkan pakaian ke dalam mesin cuci atau bahkan mandi. Bagi mereka, membereskan dan menumpahkan mainan adalah permainan yang sama-sama menyenangkan.

Meski mungkin klasik, aku baru menyadari hal tersebut saat ini. Anak-anak, dan kita ketika masih anak-anak, tidak mampu membedakan bermain dan bekerja. Keduanya sama saja. 

Tapi seiring waktu, kita mulai mengenal konsep tanggung jawab dan kewajiban. Perlahan-lahan, permainan yang dilakukan jadi lebih serius. Tanggung jawabnya semakin besar, kewajibannya semakin banyak. 

Di satu titik, kita mulai mengenal soal beban. Dan bekerja, jadi tidak semenyenangkan dulu lagi.


Evaluasi yang Menyebalkan

Salah satu hal menyebalkan dari bekerja adalah evaluasi. Akui saja. Mengerjakan hobi adalah hal yang menyenangkan. Sampai dengan kita mendapat evaluasi dan harus revisi.

Memasak cukup menyenangkan. Kita bisa berkreasi sebenarnya. Tapi membuka katering adalah hal yang lain lagi. Karena sekarang, kita harus mencari cita rasa yang dapat disukai banyak orang.

Menggambar adalah kegiatan yang menyenangkan. Tapi menjadi ilustrator, tidak jarang harus revisi dengan arahan yang abu-abu.

Menulis memang menyenangkan. Tapi menjadi penulis, harus terbiasa dengan tenggat waktu dan menemukan tema yang menarik bagi banyak orang.


Standar yang Kelewat Tinggi

Menjadikan hobi sebagai pekerjaan adalah hal yang menyenangkan juga. Kita punya kesempatan untuk eksplorasi banyak hal. Menjadi pembelajar sepanjang jalan. Menemukan hal baru dan mengasah keahlian dengan lebih baik.

Kadang-kadang, uang tidak jadi yang utama. Sebab kita menikmati setiap fasenya.

Tapi, ada waktu ketika kita butuh bantuan orang lain. Karena sakit, orderan yang terlalu banyak, atau alasan lainnya.

Dan menemukan orang yang tepat untuk membantu, bukan main sulitnya. 

Sebagai pekerja hobi, standar kita mungkin jadi terlalu tinggi. Ada proses yang mau kita lewati, tapi orang lain belum tentu mau. Sehingga, secara pengalaman dan pemahaman, jadi banyak yang berbeda.

Menjadikan hobi sebagai pekerjaan adalah jalan yang sepi. Kadang juga membuat frustasi. Sebab banyak hal yang tetap saja harus dilakukan sendiri. Bahkan saat sedang payah sekali pun.


Meski begitu, pada akhirnya semuanya tetap menyenangkan. Istirahat sejenak saat lelah. Bilang tidak kalau memang sedang payah. Dan tetapkan waktu berlibur tanpa bekerja.

Menjalani hobi memang jalan yang sepi. Tapi dalam hati, sebenarnya ada bahagia juga kan?