Hai,
Tidak terasa November datang lagi.

Waktu terasa berjalan lambat saat Januari, tapi seperti sekejap mata setelah November tiba. Orang-orang bertumbuh. Berjalan pada masanya. Dan setelah sekian lama merasa bahwa aku menetap, akhirnya detik waktunya sudah ikut bergerak. Usiaku memasuki kepala tiga, tapi hatiku merasa bahwa aku masih dua puluh lima. Atau bahkan kurang.

Dulu, aku selalu merasa heran pada orang tua yang merasa dirinya tetap muda. "Forever 17" atau "Forever 20" katanya. Aku heran mengapa orang-orang yang lebih tua selalu menolak tua. Padahal pertambahan usia adalah kebanggaan sederhana anak-anak.

Tapi, sebagaimana kata orang bijak, "Sebagian tanya akan terjawab oleh waktu dengan sendirinya."

Aku akhirnya sedikit memahami. Ini bukan soal angka atau siapa yang lebih tua.
Bagiku sendiri, ada sedikit time skip dalam beberapa fase yang membuatku merasa tidak menua. Merasa tidak cukup tua untuk usia kepala tiga. Ditambah lagi, pandemi selama 2 tahun membuat usia jadi sekedar angka.

Meski begitu, waktuku telah kembali berdetak.
Pertanyaan-pertanyaan mulai menemukan jawabannya. Atau menemukan bahwa sebagian pertanyaan memang tidak perlu jawaban.

Meski begitu, waktuku telah kembali berdetak.
Sebagian ambisi memang tidak tergapai. Bukan belum, tapi tidak. Bukan menyerah pada ambisi, tapi fokus pada hal lain yang lebih penting.

"Fokus adalah merelakan sesuatu yang tidak lebih penting dari yang difokuskan." Begitu kata seorang teman.

Meski begitu, waktuku telah kembali berdetak.
Aku mengenal apa yang penting bagiku. Aku belajar merelakan untuk mendapatkan ketenangan. Aku berjalan bersama seseorang sekarang.

Aku bersyukur aku hidup. Aku bersyukur aku sampai pada November ini. Aku bersyukur merasakan waktuku kembali berdetak.

Aku tidak tahu apa yang ada pada November tahun depan. Atau pada Januari berikutnya. Yang pasti, aku bersyukur atas November tahun ini.