Beberapa hari lalu, aku diminta bantuan untuk terlibat dalam sebuah kegiatan. Kegiatan yang mungkin biasa saja untukku saat usiaku masih kisaran 20. Tapi, melihatnya kembali saat ini, aku merasa ada beberapa hal yang tidak lagi sesuai. Setidaknya, untukku secara pribadi.


Pertemuan dengan Pemegang Kepentingan

Saat aku masih kuliah, kunjungan ke tokoh adalah sesuatu yang sangat umum dilakukan. Melakukan kunjungan, mendengarkan nasehat ini itu, foto bersama, dan... ya kurang lebih seperti itu.

Tapi, melihat hal tersebut di usia yang memasuki 30, ada sesuatu yang berbeda.

Aku menapaki sedikit pengalaman satu dekade yang lalu yang sebagiannya terefleksi pada pengalaman orang-orang yang lebih muda di depanku. Dan aku menemukan satu hal yang unik dan mengganjal: Sebuah kebanggaan.

Bukan kebanggaan atas ilmu dan sudut pandang yang dibagikan. Tidak yakin juga hal-hal tersebut tersemat di memori dalam waktu yang lama. Tapi kebanggaan atas pertemuan.

Ada sedikit kebanggaan karena mampu bertemu dengan seorang tokoh. Seorang pemangku kepentingan. Dan rasanya itu hal yang sangat common bagi banyak orang. Bangga saat bertemu pemerintah daerah, bangga saat bertemu tokoh partai, bangga saat bertemu menteri, bupati, presiden, dan lain-lain.

Yang unik adalah kebanggaan tersebut muncul karena pertemuan. Pada beberapa orang, merasa bangga karena memiliki teman atau kenalan seorang tokoh atau pemangku kepentingan. Rasanya ... aneh (kalau bukan sia-sia).

Mungkin hal tersebut adalah sesuatu yang muncul tanpa sadar. Mungkin juga diwariskan. Karena orang yang lebih tua pun sering kali melakukan hal yang sama. Atau merasa punya sesuatu yang spesial. Karena banyak orang yang masih percaya pada "kekuatan orang dalam".

Hanya saja ... untuk apa?

Kenapa meletakkan kebanggaan pada jabatan orang lain? Kenapa meletakkan nilai diri pada posisi orang lain? Rasanya agak absurd saja. Karena sebanyak apapun tokoh penting yang kita temui, kita ya tetap kita kalau tidak ada yang berubah kan?