Hari keempat kemarin terlewat begitu saja. Ada pekerjaan yang perlu dilakukan sampai tidak ingat untuk membuat update.

Pengalaman Hari Kelima

Sampai di hari kelima ini, segalanya berlangsung biasa saja. Pekerjaan mulai ramai memang. Seperti hari kerja biasanya. Jadi, Whatsapp juga cukup sepi.

Aku hanya melihat sekilas Whatsapp web. Mungkin tidak sampai 5 menit. Dan memang tidak ada chat yang masuk. Seperti hari biasanya. Hanya ada setumpuk chat grup yang tidak terlalu penting juga.

Semoga kondisi sepi ini berlangsung lebih lama. Sampai aku tidak lagi perlu Whatsapp sama sekali.


Perasaan Kesepian dan Eksistensi Maya

Sebelum tidur tadi, aku pillow talk sedikit tentang suami. Hingga tanpa sengaja menemukan alasan mengapa aku merasa cukup dengan interaksi maya.

Aku dan Sosial Media

Sebelum menikah, aku hampir selalu punya sosial media. Dan cukup aktif. Meski keaktifan tersebut tidak sebanding dengan jumlah follower atau interaksi sih.

Setelah nikah, kebutuhan tersebut mulai berkurang perlahan. Menulis jadi sekedar hobi saja. Dan sarana mendapat tambahan jajan, tentu saja.

Tapi aku tidak lagi merasa perlu menunjukkan diri lewat tulisan. Aku mulai kembali menulis yang aku mau, bukan yang orang lain mau.

Di satu sisi, respon kasihan dan dukungan yang tidak tepat memang kembali muncul. Tapi ya biar saja.

Di sisi lain, aku merasa lebih bebas mengekspresikan diri. Tentu saja follower sosmed ku jadi semakin berkurang. Ya, tidak apa.

Merasa Cukup di Luring

Lalu di satu titik, aku merasa tidak lagi perlu menunjukkan diri di sosial media. Hampir semua yang ingin kukatakan, sekarang bisa kukatakan.

Aku punya tempat untuk membicarakan segala hal. Hal yang sangat menyenangkan sampai gerutuan tidak penting soal cacing yang baru kulihat.

Aku punya tempat untuk mencari pujian saat aku ingin dibilang cantik. Baik ketika berdandan penuh atau sekedar selesai mandi.

Aku punya tempat untuk mencari pelukan, afirmasi, validasi, teman jalan, dan segalanya. Sebab aku punya suami yang kooperatif.

Lalu, aku mulai mempertanyakan tujuanku ada di sosial media. Mulai mempertanyakan kebutuhanku akan kehadiran orang lain di hidupku.

Hingga akhirnya aku menyadari, bahwa aku sudah cukup. Aku memiliki semua yang aku perlukan di dunia nyata. Jadi, untuk apa tetap ada di dunia maya?


Kembali Offline

Aku pernah kesepian. Dan mencari pengalihan di tempat paling bising. 

Berharap ada satu dua orang yang mau jadi pendengar. Berharap ada satu dua orang yang menyadari kalau aku ada.

Tapi, sekarang semuanya tidak lagi perlu. Aku tidak lagi sendiri atau kesepian. Jadi, untuk apa mencari keramaian kalau dengan tenang saja kita merasa damai?

Tentu saja berhenti dari dunia maya bukan sesuatu yang bisa terwujud dalam satu malam. Sebagaimana gaya hidup sosial media yang dibentuk bertahun-tahun, pergi darinya juga butuh waktu agar terbiasa.

Jadi, pelan-pelan saja.