Setelah melewati umur 25, ternyata pertambahan usia hanya angka. Kecuali perkara mindset dan perjalanan hidup, ga ada sesuatu yang benar-benar signifikan berubah. Malah mungkin semakin menyempit. 


Jumlah Teman yang Tidak Berubah Banyak

Jumlah teman tetap sama. Kadang berkurang, kadang bertemu teman lama, tapi ga banyak bertambah. Mungkin hanya tersisa 1-2 orang. Kalau beruntung, mungkin ada sekitar 5 orang. Tapi yah, tidak terlalu banyak juga.

Saat kemarin berbincang dengan abang ojeg, dia bilang, semakin tua, kita tidak lagi mencari teman, tapi sahabat. Dan sahabat memberi lebih banyak dari yang kita perlu. Bukan hanya nasehat atau pinjaman uang, tapi mungkin juga peluang karir dan ... jodoh (?).

Yang pasti, bukan perkara receh-receh dan permukaan seperti masa sekolah dulu.

Pengalaman yang Semakin Banyak

Pengetahuan dan pengalaman kerja mungkin semakin banyak. Tapi bidangnya semakin mengerucut. Hal-hal soal masa depan dan karir yang tidak terbayang di usia 20an, sekarang menjadi sedikit lebih jelas. Seiring dengan hal tersebut, perasaan minder juga berkurang perlahan-lahan. Mungkin karena kita lebih tahu dan sadar akan tujuan hidup kita sendiri.

Di lain sisi, peningkatan kemampuan juga berbanding lurus dengan pendapatan. Jadi, hal-hal yang sebelumnya tidak teraih, jadi lebih memungkinkan untuk digapai dan dialami. Jadi lebih fokus pada diri sendiri, dan akhirnya jadi lebih bahagia juga.

 Belajar Memahami Pilihan Orang Lain

Mulai paham bahwa kondisi dan perjalanan hidup melahirkan prioritas dan pilihan hidup yang berbeda. Kadang aku bingung mengapa seseorang bertahan di satu kondisi, padahal mampu berpindah. Tapi kemudian aku paham kalau ada banyak pertimbangan yang sering kali tidak kupahami. Jadi, aku belajar menghormati keputusan orang lain juga.

Pilihan Sederhana yang Lebih Sering Itu-Itu Saja

Aku juga mulai sadar bahwa banyak pilihan yang semakin menyempit dan itu-itu saja. Seperti ragam bacaan, menu makanan, lagu yang didengar, dan hal semacamnya. Aku mulai menyadari kalau aku lebih suka hal-hal yang kukenal. Seperti resto keluarga daripada resto kekinian dengan menu yang unik. Atau mendengar lagu lama dibanding musik hits.

Mungkin karena memilih hal yang dikenal menghabiskan lebih sedikit energi. 


Sisanya... ya biasa saja. I am forever 27, I guess. Kenapa 27? Sebab di usia tersebut aku bertemu pasanganku. Dan di usia tersebut juga aku merasa segalanya sudah cukup. Hidup jadi lebih menyenangkan saat kita merasa cukup.