Hari keenam uninstall WhatsApp. Setelah hampir 30 tahun hidup di bumi, akhirnya aku mulai paham manfaat gerakan sholat dan kenapa kita harus lebih tenang saat melakukannya.

Tapi sebelum itu, mulai dari hari ini dan seterusnya, aku memutuskan untuk mengganti judul post. 


Ganti Judul

Sebelumnya, rangkaian posting ini selalu berjudul "Pengalaman Uninstall Whatsapp". Tapi mulai hari ini, aku memutuskan untuk menggunakan judul apapun yang relevan dengan post yang akan dibahas.

Alasan untuk mengganti format judul sebenarnya sederhana saja. Akan lebih berfokus pada hal-hal yang dilakukan tanpa Whatsapp. Alih-alih berfokus pada ketiadaan aplikasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk melihat post lain dalam seri ini, kamu bisa cek label Offline Story. Jadi, ayo kita mulai post ini.

Sakit Punggung Bagian Atas

Menjalani hidup tanpa Whatsapp membuatku lebih fokus pada pekerjaan. Aku bersyukur ada banyak hal yang bisa kukerjakan hari ini. Mulai dari membuat rencana konten, melanjutkan pekerjaan kantor, menulis artikel, dan lain sebagainya.

Tentu saja sebagian besar pekerjaan ini dilakukan di depan laptop.

Mungkin karena posisi badan yang kurang ergonomis atau terlalu banyak duduk, punggung bagian atasku tiba-tiba terasa sakit sekali. Sakitnya tetap tidak hilang meski aku rebahan sejenak.

Akhirnya, aku memutuskan untuk mencari pertolongan di internet. Katanya, melakukan beberapa gerakan bisa membantu meringankan rasa sakit bagian punggung atas. Jadi kucoba, dan voila! sakitnya memang berkurang sedikit. Tapi setidaknya aku mulai nyaman bergerak sekarang.


Gerakan Sholat Ternyata Meringankan

Tidak lama kemudian, waktu sholat ashar datang. Kali ini, aku berusaha untuk melakukan gerakan sholat sesuai dengan yang diajarkan saat sekolah. Agak sulit mengingat-ingat hal tersebut, tapi ternyata aku masih ingat beberapa.

Aku mulai dengan menjaga postur berdiri sebaik mungkin. Salah satunya dengan berdiri tegap tanpa membusungkan perut. Kemudian mengarahkan pandangan ke tempat sujud. Dan ternyata hal tersebut membuat tulang belakangku sangat rileks.

Dilanjutkan dengan posisi rukuk yang lurus membentuk sudut siku-siku. Lalu mengangkat kedua tangan secara perlahan. Lalu posisi sujud dengan lengan yang benar. Juga posisi bangun dari sujud dengan memusatkan pergerakan di paha, alih-alih punggung.

Untuk pertama kalinya aku merasa semua gerakan sholat tersebut adalah istirahat bagi tulang belakang. Dan terasa sangat menyenangkan saat melakukannya dengan tuma'ninah atau perlahan-lahan.

Tidak heran kalau Rasul dan para sahabat mengatakan sholat sebagai istirahat dan hiburan di sela aktivitas kerja. Karena ternyata memang sesantai itu rasanya!


It takes me 30 years to realize that. Tapi ga ada hal yang terlambat kan?