"Lah IRT mah Enak. Taunya ngabisin uang suami aja. Gak tau susahnya cari uang gimana."

Nggak, ga ada yang ngomong gitu ke saya. Gak tau juga siapa yang ngomong gitu. Kalau seseorang pernah ngomong gitu ke kamu, atau kamu pernah mikir gitu tentang seseorang, mungkin tulisan ini buat kamu.

Saya mungkin salah satu yang pernah mikir kalau jadi IRT tuh enak. Tinggal minta uang sama suami aja. Gak usah capek-capek kerja, dan sebagainya. Tapi menikah dua tahun dan sempat ngerasain jadi istri di rumah bikin saya berubah pikiran.

"Jadi istri di rumah mah enak"

Iya, emang enak. Apalagi buat introvert tipe night owl kaya saya. Gak bingung bangun pagi harus kerja. Gak bingung ketemu orang tiap hari. Gak bingung harus bagi tugas dan waktu antara rumah sama kerjaan kantor.

Apalagi, kebetulan saya belum punya anak. Jadi ya masih punya banyak privilege. Bisa di rumah dan me time seharian. Nggak, me time saya ga ngapa-ngapain. Cuma tidur rebahan aja sambil baca buku, nonton, nulis, atau mikirin sosmed.

Tapi iya, jujur aja emang enak. Apalagi kalau ketemu suami yang kooperatif dan tanggung jawab. Masih ada kok laki-laki kaya gitu.

Cuma yaa... kalau dibilang sepenuhnya enak gak juga. Apalagi kalo dibilang, tinggal minta uang suami. Tinggal ngabisin aja padahal gak kerja. Ya gak juga.

Awal-awal nikah saya merasa bersalah banget pake uang suami. Mau jajan 15 ribu aja mesti izin dulu. Rasanya kaya itu uang bukan uang saya. Pengen nangis. Haha. Antara malu dikasih uang sama sedih ga punya uang sendiri.

Akhirnya, ya sebagian besar uang yang dia kasih saya tabung aja dulu.

Setelah beberapa bulan, saya malah malu kalo izin terus. Jadi yaudah saya menguatkan hati buat jajan pake uang yang dia kasih. Tapi tetep aja ngerasa bersalah. Makin kesini, makin terbiasa. Tapi saya tetep gamau kebablasan boros. Akhirnya, saya tetep bilang kalau uang itu ga sepenuhnya punya saya.


"IRT mah gak tau susahnya cari uang gimana"

Suatu hari, saya ngobrol sama teman sesama istri rumah tangga. Sama-sama belum punya anak. Sama-sama punya kondisi mental tertentu, dan sama-sama introvert dengan lingkup pergaulan yang ga besar. Dan sama-sama menikah di usia yang yah... matang.

Jadi istri introvert ga berarti kita ga perlu sosialisasi. Gak berarti juga kita terus-terusan nyaman hidup dalam kesendirian. Gak gitu juga.

Ada saat-saat dimana bosan juga. Butuh ngobrol sama orang. Dan dalam beberapa kondisi, perlu tatap muka. Dan gak mungkin kan ngobrol tatap muka tanpa ngobrol?

Jadi istri di rumah ada saat-saat bosan juga. Akhirnya punya lebih banyak waktu buat konsumsi sosial media. Lihat makanan ini itu, lihat barang ini itu, lihat destinasi ini itu. Loh kok pengen? Kadang-kadang ketahan, kadang-kadang juga ya tiba-tiba udah dibeli.

"IRT mah gak tau susahnya cari uang gimana!"

Tahu kok. Rasanya hampir semua orang tahu gimana susahnya cari uang. Kita juga tahu kalau suami kadang having bad day di kantor. Kalau ya kehidupan kerja, bahkan meskipun dia ada di posisi atas, pasti sulit. Ada hari-hari buruk, ada saat-saat menyebalkan.

Tapi, sama dengan pekerja kantoran, jadi istri atau ibu di rumah juga bisa having bad day. Dan kadang-kadang, buat menjaga mood, ya kita ngeluarin uang. Mungkin ada juga sebagian istri di rumah yang ngeluarin uang buat gengsi. Persaingan antar ibu atau antar tetangga misalnya. Tapi ada juga yang cuma ingin menyamankan diri.

Istri atau ibu di rumah tahu kok susahnya cari uang. Cuma kadang, beberapa perempuan di rumah memang punya lebih banyak waktu aja buat mikir mau jajan apa. Dan bedanya, di mata masyarakat, mereka terlihat seperti menghabiskan uang suami saja. Tapi, bukannya dalam uang suami juga ada hak istri?


"Jangan cuma ngabisin uang suami aja!"

Again, gak ada yang ngomong ini ke saya. Gak tau juga siapa yang tega buat ngomong ini ke perempuan di rumah. Tapi, just in case kamu pernah denger hal ini dari seseorang, mungkin kamu perlu baca ini.

Banyak orang bilang rezeki bisa datang dari mana saja. Dan bentuknya ga selalu berupa uang. Hal yang sama juga bisa diterapkan pada usaha kan?

Usaha bisa berbentuk apa saja. Dan tidak selalu menghasilkan uang atau pendapatan. Rezeki berupa uang yang didapat suami, bisa saja karena kontribusi istri dalam rumah tangga. Kontribusi istri yang berusaha menciptakan lingkungan kondusif dan supportif. Jadi, suami bisa fokus pada pekerjaannya.

Bahkan, pada keluarga paling bahagia pun, ada banyak hal yang ingin dikeluhkan istri. Ada banyak hal yang ingin dilakukan istri. Tapi seringkali, dia memilih untuk tetap di rumah dan membuat nyaman diri sendiri. 

Mungkin sesekali dia menghabiskan uang terlalu banyak karena butuh teman bicara, karena bosan di rumah, atau karena ada hal tertentu yang membuatnya tidak nyaman. Jadi dia jajan atau belanja terlalu banyak.

Daripada saling menuding, kenapa tidak saling bicara saja?