Menikah di awal pandemi membuat banyak hal berubah dengan cepat.

Sebelum menikah, aku memutuskan untuk berhenti bekerja. Tidak lama setelah itu, pembatasan sosial skala nasional diberlakukan. Satu tahun berlalu, bahkan lebih, pandemi tidak tampak benar-benar mereda. Apalagi kedatangan varian Delta membuat pembatasan kembali diberlakukan.

Ada kalanya aku merasa kalau hidupku menjadi sempit sekali. Sehari-hari, yang kutemui hanya suami. Kadang kala keluarga suami kalau aku keluar rumah atau ada urusan sedikit. Lalu keluargaku sesekali. Teman-teman yang biasa kutemui setiap minggu jadi tidak lagi bisa ditemui. Aktivitasku pun ya jadi begitu-begitu saja.

Sebelum menikah, aku tipe orang yang cukup jarang berada di rumah. Mungkin hanya dua atau tiga pekan sekali saja aku ada di rumah. Tapi setelah menikah, sebagian besar hariku malah berada di rumah. Awalnya terasa aneh. Aku sempat merasa seperti tidak menjadi diri sendiri. Tapi ternyata tidak juga.

Banyak berada di rumah membuatku memiliki cukup waktu untuk mengeksplorasi diri sendiri. Tidak selalu berupa perenungan atau kegiatan ini itu. Lebih banyak ya diam saja, melakukan pekerjaan rumah seperti biasa, tidur, dan hal-hal seperti itu.

Di satu hari, aku memutuskan untuk datang ke psikolog. Alasannya sederhana saja. Aku mulai meragukan kalau aku Bipolar. Tapi yah, ternyata aku memang memiliki Bipolar Disorder. Psikolog tersebut bilang kalau keputusanku untuk tidak bekerja adalah keputusan yang baik dan sesuai dengan kondisiku.

Pelan-pelan, aku mulai merasa kalau hidupku yang sebelumnya terasa sempit lebih tepat dikatakan sebagai sederhana. Bersama dengan itu, aku mulai merasa kalau hidupku yang seperti sekarang itu cukup. Aku bahagia, tenang, aman, lalu apa lagi kan?

Pandemi dan pernikahan mengajarkanku bahwa banyak hal yang sebelumnya kurasa penting, ternyata tidak sepenting itu. Jika kita bahagia dan merasa cukup dengan apa yang ada di jangkauan mata dan orang-orang yang ada di sekitar kita, lalu apa lagi?

Tidak semua orang kita butuhkan. Tidak semua informasi kita butuhkan. Tidak setiap makanan perlu kita coba. Tidak semua hiburan bisa membuat bahagia. Semakin sedikit yang kita punya, semakin sedikit yang kita lihat, rasanya malah jadi semakin tenang.

Ruang hidupku mungkin terasa lebih sempit. Tapi perasaan tenang dan cukup di hati, malah terasa semakin meluas.