Aku pikir, sebelum jadi ibu di rumah penting untuk berdamai dengan perasaan powerless.

Memang, sebagian perempuan yang menikah masih bisa kuliah, kerja, menghasilkan uang, dan lain sebagainya. Bahkan saat mereka memutuskan untuk jadi ibu di rumah.

Tapi kalau tidak bisa, TIDAK APA. Tidak semua orang punya milestone yang sama. Tidak semua orang memiliki prioritas yang sama.

Perasaan powerless kukira berasal dari konsep nilai diri yang dibentuk bertahun - tahun.

Ibu di rumah tanpa penghasilan seakan-akan tidak mandiri, bergantung sama suami, beban pengeluaran rumah tangga. Kita menempatkan "nilai" diri kita pada prestasi tertulis, pada status sosial, pada jumlah uang yang dapat dihasilkan. Seakan-akan, kalau kita tidak memiliki salah satunya, kita tidak berdaya.


Lalu apa salahnya?

Tidak salah jadi ibu, istri, lalu jadi akademisi, punya karir, dan penghasilan. Tidak salah sama sekali. Tapi jadi ibu di rumah lalu merasa tidak berdaya, bisa berujung pada banyak hal. Diakui atau tidak, ibu rumah tangga ini empuk sekali buat jadi target scam. Perasaan powerless ini titik lemah yang mudah jadi mangsa fear marketing. MLM, Investasi bodong, arisan ini itu, dan lain-lain yang kalau ditelusur mudah terlihat kalau itu scam.

Tapi fear marketing yang nyentuh sisi lemah bikin ibu di rumah jadi ga liat hal tsb., perasaan powerless dan penempatan nilai diri pada angka bikin sulit berpikir jernih. Ini akan semakin berkembang seiring usia yang bertambah. Karena kesempatan kerja juga semakin sedikit.

Jadi ibu di rumah itu tidak selalu mudah. Berdamai dengan diri sendiri itu seringkali tidak mudah. Jadi mungkin, sebelum memutuskan untuk jadi ibu di rumah, berdamai dengan perasaan powerless ini penting. Jangan menempatkan nilai diri pada angka dan kacamata orang lain.

Merasa berdaya, bahkan jika kita tidak menghasilkan angka, bukankah juga bentuk mandiri pada pikiran dan pilihan sendiri?

Berdamai dengan rasa powerless. Mandiri sejak dalam pikiran. Biar tidak merasa kehilangan waktu dan berkorban banyak. Karir, pendidikan, gaji mungkin adalah sesuatu yang penting. Tapi tanpa hal tersebut pun kita tetap punya value. Selalu ada hal yang lebih penting di atas hal yang penting. Dan itu berbeda bagi setiap orang.

Kita tidak berkorban saat jadi ibu di rumah. Kita memperbaharui value diri sesuai prioritas yang ada.

Rumah tangga adalah kerja sama, membangun rumah tangga adalah menciptakan keseimbangan. Dan ini berbeda bagi tiap pasangan. Sebagian rumah, perlu dua orang yang bekerja agar tercipta kestabilan. Sebagian lain, perlu pembagian peran dengan satu orang di rumah agar seimbang. Tidak perlu merasa tidak berdaya dan membandingkan diri dengan rumah tangga orang lain.

Last but not least, 

Meski insecurities adalah tanggung jawab pribadi, berdamai dengan perasaan powerless akan lebih mudah kalau pasangan kooperatif. Dengan ngasih apresiasi, ngasih cinta sesuai kebutuhan bahasa cinta, memvalidasi perasaan dan kesulitannya, juga ga mengatakan sesuatu yang mengganggu. Semisal, "Udah enak jadi ibu rumah tangga, tinggal dapet uang ga kerja kok ngeluh" atau semacamnya.

Semua berjuang dalam perannya.