Sadar atau tidak, pembaharuan di lini masa sosial media seakan memaksa kita untuk ikut berbagi. Postingan seseorang tentang sesuatu membuat kita seperti harus membagikan sesuatu juga. Entah untuk apa. Kadang untuk berbagi pikiran, kadang untuk berbagi momen.

Kadang kala, meskipun sedikit, terlintas keinginan untuk membuktikan sesuatu juga.

Tiga hari mengurangi input sosial media memberiku banyak waktu untuk merenungi tujuan dari tiap hal yang aku lakukan. Lebih banyak waktu dari biasanya. Sehingga, aku punya cukup waktu untuk mencerna apa yang aku rasakan atau mengapa aku ingin melakukan sesuatu.

Aku belum benar-benar berhenti sosial media. Sesekali, masih sering tidak sadar berselancar di Instagram lewat akun usaha. Atau sesekali melihat-lihat update status teman di WhatsApp. Di tengah beragam postingan itu, kadang rasanya jahil ingin menyanggah atau membuat postingan serupa.

Tapi untuk apa?

Aku menyadari bahwa kadang ada keinginan untuk membuktikan sesuatu. Membuktikan bahwa kita baik-baik saja. Membuktikan bahwa kita bahagia. Membuktikan bahwa kita lebih baik dari sebelumnya. Lalu kemudian, muncul pertanyaan lanjutan,

Sebenarnya, kita ingin membuktikan kepada siapa?

Tidak ada yang benar-benar peduli tentang apa yang kita lakukan, rasakan, dan pikirkan. Kecuali jika itu berkaitan dengan hidup mereka. Orang akan menyetujui atau menyanggah jika merasa terwakili atau tersentil dengan apa yang kita bagikan.

Sisanya? Ya biasa-biasa saja.

Saat menyadari munculnya keinginan untuk membuktikan sesuatu, aku berhenti. Mengalihkan fokusku kepada hal-hal lain yang rasanya lebih berguna. Blog, postingan usaha, pengembangan usaha, atau menjalankan hobi baru untuk pengembangan diri.

Mari kembali ke diri sendiri. Mari melakukan sesuatu untuk diri sendiri lagi.