Ada satu hadits yang bagiku terdengar santun sekali kalau dipahami maknanya. Hadits yang aku yakin semua orang pasti sudah sangat familiar. Hadits pertama dalam kumpulan hadits Arbain. Hadits tentang niat, yang kira-kira artinya begini:

"Sesungguhnya setiap  perbuatan tergantung niatnya.  Dan  sesungguhnya  setiap  orang  (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya sebagaimana yang dia niatkan."

Berulang-ulang hadits ini digemakan. Apalagi kalimat pertama dalam hadits ini. "Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya." Namun, hadits pertama ini tidak sekedar berhenti di sana. Ada kalimat lanjutan setelahnya yang membahas soal niat. Siapa yang niatnya karena Allah dan Rasul, dan siapa yang niatnya bukan karena Allah dan Rasul.

Ending Tertutup dan Ending Terbuka

Dalam menulis cerita fiksi, kita mungkin mengenal ending terbuka dan ending tertutup. Sederhananya, ending tertutup adalah akhir cerita yang dibuat jelas oleh penulis. Pembaca tahu dengan pasti bagaimana ceritanya berakhir. Sedangkan ending terbuka adalah akhir cerita yang dibuat penulis agar pembaca bebas berspekulasi bagaimana akhir cerita menurut mereka.

Mengapa aku membahas ini?

Karena di sinilah kelembutan hadits ini menurutku.

Saat menghadiri sebuah kajian (atau mungkin saat di kelas hadits beberapa tahun lalu di pondok), seorang ustadz menjelaskan makna tersirat hadits ini dan juga lembutnya Allah. Kata beliau, hadits ini mengatakan bahwa Allah senantiasa memberi kesempatan pada setiap hamba-Nya untuk memperbaiki niat.

Saat seseorang melakukan sesuatu karena Allah dan Rasul-Nya, maka dia telah mencapai tujuan dari segala amal perbuatan. Ikhlas karena Allah. 

Lalu bagaimana jika belum? Bagaimana jika kita melakukan sesuatu karena sesuatu? Karena ingin harta, karena ingin menikah dengan seseorang, karena ingin mendapat nama baik, dan karena karena lainnya? Apakah salah?

Di sinilah Allah begitu baik membahasakannya. Hadits ini tidak lantas bilang, "Kamu salah," atau tidak lantas bilang, "Kamu tidak akan mendapat balasan dari Allah dan Rasul-Nya." 

Alih-alih bilang begitu, hadits ini malah bilang, "Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya sebagaimana yang dia niatkan."

Setiap Orang Punya Kesempatan Kedua (Bahkan Mungkin Lebih)

Setiap orang, dalam hidupnya pasti pernah melakukan sesuatu untuk sesuatu. Pernah khilaf, pernah salah. Kita manusia, dengan segala lupa, lemah, dan salahnya. Maka, untuk setiap niat yang belum lurus itu, hadits ini bilang, "Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya sebagaimana yang dia niatkan."

Seakan-akan mengatakan kalau kita masih punya kesempatan untuk memperbaiki niat. Terus melakukan perbaikan niat, sampai niat kita melakukan sesuatu menjadi untuk Allah. Saat itulah, seorang manusia akan mendapatkan "... sebagaimana yang dia niatkan."

Indah bukan? Sangat santun, sangat menghibur, sangat menenangkan.

Aku dan Kesalahanku

Ada masa saat aku merasa kotor sekali. Perasaan hina itu terus berkelindan seperti lintah yang belum puas menghisap darah. Seperti kerak gosong di panci lama. Seperti lumut di bebatuan. Menempel, lekat, tak terhindarkan.

Kadang aku merasa seperti barang rusak yang tidak bisa diperbaiki lagi. Merasa ditempeli jelaga di sekujur tubuh sampai ingin mandi dengan sabut kawat. Barangkali jelaga itu bisa luruh seiring luka-luka yang ditoreh.

Tapi manusia bukan barang, dan Allah bukan Tuhan yang penuh murka. Alih-alih, Allah malah Tuhan yang sangat lembut dan pemurah. Lalu, seperti sebuah cahaya di pagi yang dingin, Dia membuatku ingat kalimat terakhir dari hadits pertama ini:

"Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya sebagaimana yang dia niatkan."

Aku masih punya kesempatan memperbaiki. Aku masih bisa memperbaiki niat. Aku masih bisa memperbaiki diri. Aku masih bisa menjadi layak. Meski kadang aku lupa lagi, tapi Tuhanku di sana. Menunggu aku pulang, selama aku tidak berpaling.

Barangkali aku diizinkan. Memperbaiki niat dan menjadikan hijrahku karena Allah dan Rasul-Nya. Barangkali. Sekali lagi.


#30dwcjilid29 #perbaikan