Setahun menikah, dan masih belum hamil juga.

Sekedar untuk memperjelas, aku sebenarnya tidak masalah dengan itu. Hanya saja...

Kelanjutan dari "hanya saja" inilah yang mau aku ceritakan sekarang.

Belakangan, melihat teman-teman sudah punya anak, kok ya terasa bahagia sekali ya. Atau membayangkan punya anak dengan nama yang unik dan cantik rasanya menyenangkan. Membuat kurikulum bermain kok ya seperti menarik. I wish I have a kid or kids to play with.

Then I realize, itu bukan alasan yang tepat untuk punya anak. Anggaplah aku bukan orang baru yang tidak tahu seluk beluk mengurus bayi. Sejak kecil, aku selalu punya adik bayi dan terbiasa melihat bagaimana demandingnya mereka.

Manusia kecil amat sangat butuh bantuan dari manusia yang lebih tua. Dan dalam beberapa hal, tentu saja itu bukan hal yang mudah.

Merawat manusia adalah membangun masa depan. Rasanya tidak adil kalau tujuan memiliki anak dikerdilkan jadi sekedar kesenangan pribadi. Setidaknya begitu menurutku.

Di samping itu, perasaan melihat orang lain di fase hidup selanjutnya kan bukan hal yang baru kualami. Perasaan yang sama juga muncul saat aku melihat teman-temanku memasuki fase menikah. Tapi toh, aku tidak apa-apa.

Pada akhirnya aku menikah di waktu yang tepat. Tidak cepat memang, tapi tepat. Dan aku tidak menyesal dengan itu. I've been there. Dan apa bedanya dengan fase "menjadi orang tua" ini kan?

Jadi, setiap kali pikiran itu datang, aku bilang pada diriku:

"Jangan terganggu dengan bahagia orang lain. Kamu punya bahagiamu, mereka punya bahagianya. Tidak selalu sama dan tidak apa-apa. Jangan terganggu. Toh kamu sudah merasa cukup kan?"